Ketika seseorang mengatakan bahwa matematika
dikatakan sebagai sebuah mata pelajaran yang mudah dan menyenangkan,
apakah anda akan mengatakan YA pada pernyataan itu? Bagaimana dengan
pernyataan bahwa matematika itu indah? Apakah jawaban anda juga YA?
Kenapa?…
Apakah yang indah dari matematika? Bisakah matematika membuat panca
indera kita mengatakan indah? Atau indah karena membuat kita berfikir
logis dan terstruktur sehingga semua serba teratur? Banyak pertanyaan
untuk menghubungkan antara matematika dengan keindahan. Salah satu cara
memahami hubungan antara matematika dengan keindahan dapat dilakukan
melalui pendekatan seni. Hal ini lebih mudah karena seni sangat dekat
dengan keindahan. Matematika sebenarnya juga mempunyai hubungan yang
cukup dekat dengan seni.
Liang Gie (2004:81) menyatakan bahwa matematika telah tampil dalam
pertumbuhan pemikiran manusia secara sangat beraneka ragam sebagai ilmu
formal, ilmu tentang bilangan dan ruang, ilmu yang mempelajari kuantitas
dan keluasan, menelaah hubungan bentuk, struktur, proses pemikiran yang
bersifat abstrak, deduktif, simbolik dan masih banyak lagi penyebutan
lainnya. Dalam keilmuannya, matematika bisa berdiri sendiri sebagai
sebuah ilmu atau bisa juga menjadi ilmu pendukung dari berbagai cabang
ilmu pengetahuan lainnya.
Dua pencirian tentang matematika membuatnya terlibat dengan persoalan
keindahan pada karya seni. Pencirian pertama ialah perumusan sebagai “the science of magnitude or measurement of position”
( ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak). Misalnya salah satu
cabang matematika yang disebut geometri proyeksi memusatkan perhatian
pada letak dari titik dan garis. Peran matematika dalam seni arsitektur
dan lukis sudah sangat menonjol dari dahulu. Dalam seni lukis dikenal
pula istilah pengetahuan perspektif yang pada masa sebelum renaissance (
abad
14 sampai 16) belum dikenal. Dengan mulai dimanfaatkannya konsep
matematis oleh para pelukis sejak abad 14, maka lukisan menjadi tampak
lebih hidup, relistis dan indah. Dalam perkembangan selanjutnya, seni
arsitektur juga banyak menggunakan peran matematika dalam menciptakan
keindahan gambar itu sendiri maupun hasil konstruksinya.
Pencirian kedua yang dikemukakan oleh ahli matematika W.W.Sawyer (1957:12) adalah “
mathematics is classification and study of allpossible pattern. Pattern
is here usedin a waythat not everybody may agree with. It is to be
understood in a very wide sense, to cover almost any kind of regularity
that can be recognizedby the mind” ( matematika adalah penggolongan
dan penelaahan tentang semua pola yang mungkin. Pola disini dipakai
dalam suatu cara yang tidak setiap orang dapat menyetujuinya. Ini
dipahami dalam suatu makna yang luas, mencakup hampir setiap jenis
keteraturan yang dapat dikenali oleh pikiran). Berbagai perwujudan dalam
alam mempunyai suatu pola atau keteraturan. Pola pola yang sama
seringkali terkandung dalam beraneka benda atau keadaan yang tampaknya
berbeda-beda. Tetapi, sekali pola alamiah yang sama itu diketahui dan
dipahami oleh ahli matematika, dapat diwujudkan menjadi pola dalam
matematika. Pola-pola yang terbentuk di alam (fraktal, fibbonaci dan
lain sebagainya) merupakan pola yang ada di alam tetapi kemudian bisa
dikembangkan menjadi karya seni yang lebih menarik. Batik, crop circle dan bahkan seni videopun sekarang banyak yang menggunakan pola fraktal sebagai sumber idenya.
Charles Saunder Peirce ( 1839-1940) pernah menyebutkan bahwa “every science has a mathematical part, a branch of work that the mathematician is called to do”.
Seiring dengan pendapat itu, dapatlah kiranya dikatakan bahwa setiap
seni juga mempunyai suatu segi matematis yang dapat memanfaatkan bantuan
dan pengetahuan matematika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar