“Matematika tidak bisa hanya dihapal”---“Belajar Matematika itu Menyenangkan”---“Matematika itu sulit karena hanya dilihat, tapi mudah setelah di coba”---“Soal-soalnya bikin ketagihan, broooo!!!”---“Math is Advanture”---“Math is about how to show life actually”

Kamis, 07 Mei 2015

Penerapan Quantum Learning Dalam Pembelajaran Matematika

1.1     Awal Terbentuknya Quantum Learning
Tokoh utama dibalik pembelajaran kuantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran kuantum. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat. SuperCamp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembangan potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran kuantum kepada para remaja di SuperCamp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980-an. “Metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 25 ribu siswa dan sinergi pendapat ratusan guru di SuperCamp”. Di SuperCamp inilah prinsip-prinsip dan metode-metode Quantum Learning menemukan bentuknya. Pada tahap awal perkembangannya, pembelajaran kuantum terutama dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja di rumah atau ruang-ruang rumah; tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategi pembelajaran untuk mencapai keberhasilan lebih tinggi di sekolah atau ruang-ruang kelas. Lambat laun, orang tua para remaja juga meminta kepada DePorter untuk mengadakan program program pembelajaran kuantum bagi anak-anak mereka.
Demikianlah, metode pembelajaran kuantum merambah berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran kuantum merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
Falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku Quantum Learning: Unleashing The Genius in You. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1992 oleh Dell Publishing New York. Pada tahun 1999 muncul terjemahannya dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung dengan judul Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan). Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mike Hernacki – mitra kerja DePorter yang mantan guru dan pengacara – tersebut memaparkan pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang membentuk bangun pembelajaran kuantum. Pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang termuat dalam buku Quantum Learning selanjutnya diterapkan, dipraktikkan, dan atau diimplementasikan dalam lingkungan bisnis dan kelas (sekolah). Penerapan, pemraktikkan, dan pengimplementasian pembelajaran kuantum di lingkungan sekolah (pengajaran) termuat dalam buku Quantum Teaching: Orchestrating Student Success yang terbit pertama kali tahun 1999 dan diterbitkan oleh Penerbit Allyn and Bacon, Boston. Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mark Reardon dan Sarah Singer-Nourie ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ary Nilandari dan diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung pada tahun 2000 dengan judul Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas.
1.2     Akar-akar Landasan Quantum Learning
Meskipun dinamakan pembelajaran kuantum, falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum tidaklah diturunkan atau ditransformasikan secara langsung dari fisika kuantum yang sekarang sedang berkembang pesat. Tidak pula ditransformasikan dari prinsip-prinsip dan pandangan-pandangan utama fisika kuantum yang dikemukakan oleh Albert Einstein, seorang tokoh terdepan fisika kuantum. Jika ditelaah atau dibandingkan secara cermat, istilah Quantum yang melekat pada istilah pembelajaran (learning) ternyata tampak berbeda dengan konsep kuantum dalam fisika kuantum. Walaupun demikian, serba sedikit tampak juga kemiripannya. Kemiripannya terutama terlihat dalam konsep kuantum. Dalam fisika kuantum, istilah kuantum memang diberi konsep perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini adanya ketakteraturan dan indeterminisme alam semesta. Sementara itu, dalam pandangan DePorter, istilah kuantum bermakna “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya” dan istilah pembelajaran kuantum bermakna “interaksi-teraksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi”. Di samping itu, dalam pembelajaran kuantum diyakini juga adanya keberagaman dan intedeterminisme. Konsep dan keyakinan ini lebih merupakan analogi rumus Teori Relativitas Einstein, bukan transformasi rumus Teori Relativitas Einstein. Hal ini makin tampak bila disimak pernyataan DePorter bahwa “Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energy atau E = mc2 . Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Jelaslah di sini bahwa prinsip-prinsip pembelajaran kuantum bukan penurunan, adaptasi, modifikasi atau transformasi prinsip-prinsip fisika kuantum, melainkan hanya sebuah analogi prinsip relativitas Einstein, bahkan analogi konsep saja. Jadi, akar landasan pembelajaran kuantum bukan fisika kuantum. Pembelajaran kuantum sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada. Di samping itu, ditambah dengan pandangan-pandangan pribadi dan temuan-temuan empiris yang diperoleh Deporter ketika mengembangkan konsep awal pembelajaran kuantum.
Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode yang dicetuskan DePorter sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti: Teori otak kanan/kiri, Teori otak triune (3 in 1), Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik), Teori kecerdasan ganda, Pendidikan holistik (menyeluruh), Belajar berdasarkan pengalaman, Belajar dengan simbol, Simulasi/permainan.
Penerapan dari Quantum Learning kemudian dituangkan dalam Quantum Teaching yang merupakan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitasi SuperCamp. Diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelegences (Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter). Sementara itu, pembelajaran akseleratif, pembelajaran eksperensial, dan pembelajaran kooperatif sangat berpengaruh terhadap pandangan dasar pembelajaran kuantum terhadap kiat-kiat merancang, menyajikan, mengelola, memudahkan, dan atau mengorkestrasi proses pembelajaran yang efektif dan optimal termasuk kiat memperlakukan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
1.3     Karakteristik Umum Quantum Learning
Meskipun memiliki akar landasan dari berbagai teori, Quantum Learning memiliki karakteristik tersendiri yang dapat mengangkat identitas dirinya, yaitu :
1.3.1        Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif; bukan teori fisika kuantum. Dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum tidak berkaitan erat dengan fisika kuantum – kecuali analogi beberapa konsep kuantum. Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.
1.3.2        Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Usaha setiap manusia patut dihargai dan karena itu kesalahan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dipandang sebagai gejala manusiawi.
1.3.3        Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivistis. Nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran kuantum relatif kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum merupakan salah satu cerminan filsafat konstruktivisme kognitif, bukan konstruktivisme sosial. Meskipun demikian, berbeda dengan konstruktivisme kognitif lainnya yang kurang begitu mengedepankan atau mengutamakan lingkungan, pembelajaran kuantum justru menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.
1.3.4        Pembelajaran kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
1.3.5        Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum. Karena itu, pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna.
1.3.6        Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya, menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.
1.3.7        Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan. Karena itu, pembelajaran harus dirancang, disajikan, dikelola, dan difasilitasi sedemikian rupa sehingga dapat diciptakan atau diwujudkan proses pembelajaran yang alamiah dan wajar. Di sinilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.
1.3.8        Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator. Dalam hubungan inilah perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai. Pengalaman yang asing bagi pembelajar tidak perlu dihadirkan karena hal ini hanya membuahkan kehampaan proses pembelajaran. Untuk itu, dapat dilakukan upaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu pihak dan pada pihak lain mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Hal ini perlu dilakukan secara seimbang.
1.3.9        Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar-untuk-belajar, dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah orkestra yang memainkan simfoni. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orchestra
1.3.10    Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran; tidak bisa hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud kombinasi harmonis antara keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal.
1.3.11    Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses pembelajaran.
1.3.12    Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Karena itu, dalam pembelajaran kuantum berkembang ucapan: Selamat datang keberagaman dan kebebasan, selamat tinggal keseragaman dan ketertiban!. Di sinilah perlunya diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajar pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat dan metode pembelajaran.
1.3.13    Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
1.4     Asas dan Prinsip-prinsip Utama dalam Quantum Learning
Asas Utama dari Quantum Learning adalah : Bawalah Dunia mereka ke Dunia kita dan antarkan Dunia kita ke Dunia mereka. Inilah asas utama atau alasan dasar dibalik segala strategi, model, dan keyakinan. Asas ini selebihnya akan dijelaskan dalam Quantum Teaching.
Prinsip-prinsip dalam Quantum Learning dianggap sebagai struktur chord dasar dari simfoni belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1.      Segalanya berbicara(Everything Speech)
Segala dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, kertas yang dibagikan hingga rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
2.      Segalanya bertujuan(Everything is on Purpose)
Semua yang terjadi dalam penggubahan seseorang memiliki tujuan, semuanya tanpa terkecuali. Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak bertujuan. Baik pembelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.
3.      Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului Penamaan.
Proses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia berkembang pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu.
4.      Akui Setiap Usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5.      Jika Layak dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan
Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi pembelajaran kuantum. Ada beberapa prinsip keunggulan yang diyakini dalam Quantum Learning, yaitu :
1.      Terapkanlah hidup dalam Integritas
2.      Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan
3.      Berbicaralah dengan niat baik
4.      Hidup saat ini
5.      Tegaskanlah komitmen
6.      Jadilah pemilik (Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan)
7.      Tetaplah Lentur ( Pandai membaca situasi)
8.      Pertahankanlah keseimbangan
Beberapa pandangan Quantum Learning tentang Pebelajaran dan Pembelajar :
1.      Pembelajaran berlangsung secara aktif karena pembelajar itu aktif dan kreatif. Bukti keaktifan dan kekreatifan itu dapat ditemukan dalam peranan dan fungsi otak kanan dan otak kiri pembelajar. Pembelajaran pasif mengingkari kenyataan bahwa pembelajar itu aktif dan kreatif, mengingkari peranan dan fungsi otak kanan dan otak kiri.
2.      Pembelajaran berlangsung efektif dan optimal bila didasarkan pada karakteristik gaya belajar pembelajar sehingga penting sekali pemahaman atas gaya belajar pembelajar. Setidak-tidaknya ada tiga gaya belajar yang harus diperhitungkan dalam proses pembelajaran, yaitu gaya auditoris, gaya visual, dan gaya kinestetis.
3.      Pembelajaran berlangsung efektif dan optimal bila tercipta atau terdapat suasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan sehingga kenyamanan, kesenangan, kerileksan, dan kegairahan dalam pembelajaran perlu diciptakan dan dipelihara
4.      Pembelajaran melibatkan lingkungan fisikal-mental dan kemampuan pikiran atau potensi diri pembelajar secara serempak.
5.      Pembelajaran terutama pengajaran membutuhkan keserasian konteks dan isi. Segala konteks pembelajaran perlu dikembangkan secara serasi dengan isi pembelajaran.
6.      Pembelajaran berlangsung optimal bilamana ada keragaman dan kebebasan karena pada dasarnya pembelajar amat beragam dan memerlukan kebebasan.
1.5              Quantum Teaching dan Implikasinya Dalam Matematika
Quantun Learning dan Quantum Teaching adalah dua sejoli yang tidak dapat dipisahkan. Quantum teaching didedikasikan untuk diterapkan dalam ruang-ruang kelas yang bertumpu pada konsep Quantum Learning. Quantum Teaching menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Dalam hal ini terjadi interaksi yang mendirikan kerangka dan landasan untuk belajar.
Secara umum Quantum merupakan Interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya. Quantum Teaching, dengan demikian adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsure-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Didalam Quantum Teaching juga dikenal Pemercepatan Belajar, yaitu menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian dan keterlibatan aktif.
Asas utama dari Quantum Teaching bersandar pada konsep : Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan bahwa pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Guru harus mampu menjembatani jurang antara dunia guru dan dunia murid. Hal ini akan memudahkan seorang guru untuk membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran lebih cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan. Jika tidak demikian maka siswa pun tidak akan memahami gurunya dan melihat AMBAK ( Apa Manfaatnya Bagiku?). Jadi, masuki dahulu dunia siswa. Mengapa ? Karena tindakan ini akan memberi seorang guru izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Bagaimana caranya ? Dengan mengaitkan apa yang diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, soaial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, guru dapat membawa siswa kedalam pemahaman tentang materi yang akan dipelajari.
Misalnya dalam matematika, ketika seorang guru ingin mengajarkan tentang lingkaran maka guru tersebut harus mampu menemukan apa sebenarnya yang ada dalam pemahaman siswa tentang lingkaran. Mungkin bagi anak SD, lingkaran yang terbayang dalam pikiran mereka adalah kue donat, burger, ataupun pizza. Jika demikian, guru harus mampu mengaitkan antara kue donat dengan hal-hal sederhana yang ada dalam lingkaran. Jika siswa sudah mulai bisa menerimanya, barulah guru membawa siswa untuk belajar memahami materi konsep lingkaran yang telah dipersiapkan oleh guru tersebut.
Model Quantum Teaching
Model Quantum Teaching hampir sama dengan sebuah simfoni. Dalam sebuah simfoni terdapat unsur-unsur musik yang berbeda yang apabila disatukan akan menjadi sebuah pengalaman musik yang harmonis. Quantum Teaching juga memiliki unsur-unsur yang terbagi dalam konteks dan isi. Berikut adalah penjelasannya.
1.      Konteks
Didalam unsur konteks, ada beberapa hal esensial, yaitu :
1.      Mengorkestrasi Suasana yang menggairahkan
Untuk mencapai sebuah suasana yang menggairahkan seorang guru perlu memperhatikan bahasa yang dipilihnya dalam dalam proses pembelajaran di ruang kelas, cara menjalin rasa simpati dengan siswa,  pandangannya terhadap belajar dan pembelajaran. Suasana yang penuh kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam belajar. Seorang guru matematika harus mampu menciptakan suasana kelas yang menggairahkan. Tak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan siswa sangat menghindari matematika. Mengapa demikian ? karena memang kebanyakan guru matematika mengajar dengan tegang dan tak jarang ada yang menakutkan siswa. Apalagi ketika mengajarkan tentang integral. Siswa diperlakukan seperti kutu mati yang tak dapat mengekspresikan dirinya. Untuk itu penting sekali guru matematika menjalin rasa simpati dengan siswa. Dengan demikian suasana belajar akan menggairahkan. Sejauh mana kita memasuki dunia siswa, sajauh itu pula pengaruh yang kita miliki didalam kehidupan mereka.
2.      Mengorkestrasi Landasan yang Kukuh
Landasan yang kukuh berbicara tentang kerangka kerja yang solid. Kerangka kerja itu meliputi : tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar. Misalnya dalam matematika ada satu materi tentang Pertidaksamaan Linear. Dalam materi tersebut guru harus membuat kesepakatan terlebih dahulu tentang aturan arsiran. Jika tandanya kurang dari(<)  maka arsirannya ke atas dan jika lebih dari (>)  maka arsirannya kebawah. Hal-hal semacam ini perlu untuk disepakati bersama dalam ruang kelas agar tidak terjadi kesalahpahaman konsep dalam diri siswa.
3.      Mengorkestrasi Lingkungan yang Mendukung.
Lingkungan yang mendukung mencakup cara seorang guru menata ruang kelas : pencahayaan, warna, pengaturan maja dan kursi, tanaman, musik dan semua hal yang mendukung proses belajar. Sesekali dalam pembelajaran matematika seorang guru dapat menghandirkan musik-musik slow yang bisa mendorong siswa untuk berpikir. Jika pembelajaran matematika pada saat itu dalam bentuk permainan, dapat dihadirkan musik yang sedikit cepat. Musik yang dipilih juga harus sesuai dengan materi yang dipelajari pada saat itu.
4.      Mengorkestrasi Perancangan Pengajaran yang Dinamis
Perancangan pembelajaran memudahkan guru untuk dapat menyeberang ke dunia siswa dan membawa siswa ke dunia guru, kedalam proses pembelajaran. Rancangan pembelajaran yang dinamis membuat proses belajar tidak monoton tetapi ada sesuatu yang berbeda dari waktu ke waktu. Tentunya hal ini membutuhkan kekreatifan dari guru itu sendiri. Untuk masuk dalam dunia siswa guru tentunya harus mengenal modalitas yang dimiliki oleh seorang siswa. Modalitas tersebut mencakup Visual, Auditorial, dan Kinestetik.  Kerangka perancangan Quantum teaching adalah TANDUR, yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Selain itu pembelajaran juga dapat dilakukan dengan SLIM-N-BIL, yaitu Spasias Visual, Linguistik Verbal, Interpersonal, Musikal-Ritmik, Naturalis, Badan-Kinestetik, Intrapersonal, Logis-Matematis. Penggunaan Metafora, perumpamaan dan Sugesti juga dapat dimasukan dalam sebuah rancangan pembelajaran.
No
Rancangan Pembelajaran Dalam Quantum Learning
Aplikasinya Dalam
Matematika
1
TANDUR
Misalnya pada materi pengukuran, berikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan apa saja pengalaman mereka tentang pengukuran tanpa memberitahu terlebih dahulu tentang pengukuran. Carilah sebuah kata kunci yang berhubungan dengan pengukuran kemudian mintalah siswa sendiri yang menamainya. Setelah semua itu dipahami, demonstasikan/paparkan konsep-konsep pengukuran berdasarkan pengalaman mereka. Terus ulangi hingga siswa benar-benar mengerti. Jika siswa telah benar-benar memahami rayakanlah hal itu.
2
SLIM-N-BIL
S : Permainan menebak gambar ( Mis, Puzzle Segitiga)
L : Permainan mencari kata ( dapat digunakan dalam Statistika, Misalnya untuk membedakan populasi dan Sampel)
I : Diskusi Kelompok
M : Matematika dapat dihadirkan dalam bentuk lagu
N : Kegiatan dialam (Misalnya dapat melihat lingkaran tahun pada pohon sebagai pengantar untuk belajar tentang lingkaran.
B : Tarian atau kegiatan atletik ( konsep kubus dapat disajikan dalam tarian “Lompat Kotak” )
I : Refleksi ( Misalnya persegi memiliki sisi yang sama panjang. Refleksikan dalam diri siswa apakah seluruh sisi kehidupan mereka sudah seimbang, entah itu kehidupan dengan sesama maupun dengan Sang Pencipta)
L : Matematika dapat di hadirkan dalam bentuk teka-teki sehingga menolong siswa untuk berpikir kritis dan logis
3
Metafora, Perumpamaan dan Sugesti
Matematika dapat disajikan dalam bentuk cerita lucu, cerita dramatis yang diperankan oleh siswa sendiri. Soal matematika juga dapat disulap dalam bentuk sebuah perumpamaan.
2.      Isi
Dalam unsur isi ada 4 hal pokok, yaitu :
1.      Mengorkestrasi Presentasi / Penyajian yang prima
Seorang guru harus mampu mengorkestrasi pembelajaran sesuai dengan modalitas ( Visual, Auditorial, Kinestetik ) dan gaya pelajarnya. Dalam mengajar guru harus mengajarkan ketrampilan hidup ditengah-tengah ketrampilan akademis, mencetak atribut mental/fisik/spiritual para siswanya. Guru harus mendahulukan interaksi dalam lingkungan belajar, memperhatikan kualitas interaksi antar pelajar, antar pelajar dan guru, antar pelajar dan kurikulum. Komunikasi nonverbal pun harus diperhatikan, baik itu kontak mata, ekspresi wajah, nada suara, gerak tubuh, maupun sosok(postur). Guru matematika sering dikenal sebagai guru yang killer. Mengapa ? karena guru matematika sering mengahdirkan suasana pembelajaran yang tegang. Hal ini dapat menghanbat siswa dalam mempelajari matematika. Untuk itu seorang guru matematika harus mampu menyeimbangkan setiap komunikasi verbal maunpun non verbal agar siswa dapat menghidupi pelajaran itu.
2.      Mengorkestrasi Fasilitasi yang Luwes dan Elegan
Fasilitas dalam Quantum Teaching dipahami sebagai seni dan ilmu untuk memaksimalkan saat belajar dengan bekerja bersama siswa. Dengan kata lain, melompat masuk kedalam kepala dan hati mereka untuk membuka dan menjelajahi cara mereka menyajikan dan memahami apa yang mereka pelajari. Fasilitas adalah bagian yang membawa guru melampaui penyebaran informasi menuju penciptaan ilmu pengetahuan dan pembentukan kehidupan. Didalam Fasilitas itu terdapat sebuah strategi yang luwes untuk memudahkan siswa dalam belajar. Didalam fasilitas itu juga ada interaksi yang hidup dalam lingkungan pembelajaran sehingga tetap menjaga minat pembelajar. Bagaimana menjaga minat pembelajar ? ada 3 prinsip yang dapat diperhatikan, yaitu KEG ( Know it : Ketahui hasilnya, Explain it : Jelaskan hasilnya, Get it : Dapatkan hasilnya ). KEG dapat diberlakukan pada pembelajaran matematika dalam bentuk permainan. Ketika seorang guru matematika meminta siswanya untuk mengerjakan sebuah soal, guru tersebut sudah harus mengerjakannya terlebih dahulu. Jelaskan kepada siswa beberapa petunjuk/aturan yang tidak boleh dilanggar  untuk mendapatkan hasil tersebut. Jika siswa yang telah menemukan beritahukan kepada mereka tentang hasilnya dan jangan lupa memberikan umpan balik.
3.      Mengorkesrtasi Ketrampilan belajar
Dalam sebuah simfoni, ketrampilan musik yang yang banyak akan semakin menambah pengalaman music yang menakjubkan pula. Begitu juga dengan belajar. Semakin banyak ketrampilan belajar, semakin banyak pengalaman belajar yang bisa didapatkan. Ketrampilan yang dapat merangsang belajar, yaitu konsentrasi terfokus, cara mencatat, organisasi dan persiapan tes, membaca cepat, dan teknik mengingat. Ketrampilan belajar ini dapat disimulasikan kedalam beberapa aktivitas, yaitu SLANT , Mind Mapping (Peta pikiran), Circuit Learning (belajar memutar). SLANT merupakan sebuah pandangan baru dalam belajar yang merupakan singkatan dari Sit up their chair ( duduk tegak di kursi mereka), Lean forward ( condong kedepan), Ask questions ( bertanya), Nod their Heads (Menganggukan kepala), dan Talk to their teacher (Berbicara dengan guru). Peta pikiran merupakan metode mencatat kreatif yang memudahkan siswa mengingat banyak informasi. Matematika dapat dihadirkan dalam bentuk Peta Pikiran, misalnya materi Aljabar, Statistika ataupun materi-materi matematika lainnya. Semua itu dapat diatur sesuai kekreatifan seorang guru.
4.      Mengorkestrasi Ketrampilan Hidup
Seorang guru yang terampil membagikan ketrampilan hidupnya dengan siswa akan membuat dia dan pelajaran yang dibawakannya dinanti-nantikan siswa. Satu keteladanan yang diberikan oleh seorang guru lebih berharga daripada seribu perkataan yang dikeluarkannya. Sebagai seorang guru, Pemberian terbaik yang dapat diberikan  kepada siswa adalah keyakinan bahwa kita berpihak pada mereka, bahwa kita ingin mereka sukses dan motivasi bahwa mereka pasti sukses dalam belajar. Mempersiapkan siswa, segala usia untuk menjadi pelajar seumur hidup adalah tujuan terpuji. Demi keberhasilan suatu proses belajar semua ketrampilan hidup patut diusahakan.
3.     PENUTUP
3.1            Kesimpulan :
1.      Quantum Learning dibangun berdasarkan teori-teori kognitif dan pendidikan, bukan diturunkan dari Teori Kuantum Fisika. Meskipum ada istilah Quantum yang dipakai tetapi itu hanya sebagai anologi.
2.      Quantum Learning lebih mengarah pada teori sedangkan Quantum Teaching sudah disajikan dalam bentuk aplikasi. Konsep-konsep yang ada pada Quantum Learning kemudian diaplikasikan dalam Quantum Teaching.
3.      Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka merupakan asas utama dari seluruh model pembelajaran Quantum Teaching. Intinya bagaimana membuat pembelajaran menjadi berkesan dan menyenangkan.
3.2              Saran
1.         guru harus kreatif, pandai mengatur suasana, bersahabat dengan siswa agar tercapai suatu proses belajar mengajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
2.         Jika guru menginginkan perubahan terjadi dalam diri siswa maka guru harus mengalami hal tersebut terelebih dahulu.
3.         Keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya sangat berpengaruh pada kemampuan itu sendiri. Karena itu sebagai seorang guru, yakinlah dengan kemampuan anda mengajar dan kemampuan siswa anda belajar, maka akan terjadi hal-hal yang menakjubkan.
Referensi
De Porter, Bobbi dan Mike Hernachi. terjemahan Alwiyah Abdurrahman. 2000. Quantum                          Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Brissenden.T.H.F. 1980. Mathematics Teaching : Theory in Practice. London : WC2E 7PN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar