1.1
Awal
Terbentuknya Quantum Learning
Tokoh utama dibalik pembelajaran kuantum adalah Bobbi
DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis
properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti
bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama
pembelajaran kuantum. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan
mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran
yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat.
SuperCamp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah
perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna
pengembangan potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama
Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah
Singer-Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan
gagasan-gagasan pembelajaran kuantum kepada para remaja di SuperCamp selama
tahun-tahun awal dasawarsa 1980-an. “Metode ini dibangun berdasarkan pengalaman
dan penelitian terhadap 25 ribu siswa dan sinergi pendapat ratusan guru di
SuperCamp”. Di SuperCamp inilah prinsip-prinsip dan metode-metode Quantum
Learning menemukan bentuknya. Pada tahap awal perkembangannya, pembelajaran
kuantum terutama dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan
karier para remaja di rumah atau ruang-ruang rumah; tidak dimaksudkan sebagai
metode dan strategi pembelajaran untuk mencapai keberhasilan lebih tinggi di
sekolah atau ruang-ruang kelas. Lambat laun, orang tua para remaja juga meminta
kepada DePorter untuk mengadakan program program pembelajaran kuantum bagi
anak-anak mereka.
Demikianlah, metode pembelajaran kuantum merambah berbagai
tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah
(parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan
kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran kuantum
merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara
khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
Falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku Quantum Learning: Unleashing The Genius in You. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1992 oleh Dell Publishing New York. Pada tahun 1999 muncul terjemahannya dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung dengan judul Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan). Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mike Hernacki – mitra kerja DePorter yang mantan guru dan pengacara – tersebut memaparkan pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang membentuk bangun pembelajaran kuantum. Pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang termuat dalam buku Quantum Learning selanjutnya diterapkan, dipraktikkan, dan atau diimplementasikan dalam lingkungan bisnis dan kelas (sekolah). Penerapan, pemraktikkan, dan pengimplementasian pembelajaran kuantum di lingkungan sekolah (pengajaran) termuat dalam buku Quantum Teaching: Orchestrating Student Success yang terbit pertama kali tahun 1999 dan diterbitkan oleh Penerbit Allyn and Bacon, Boston. Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mark Reardon dan Sarah Singer-Nourie ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ary Nilandari dan diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung pada tahun 2000 dengan judul Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas.
Falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku Quantum Learning: Unleashing The Genius in You. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1992 oleh Dell Publishing New York. Pada tahun 1999 muncul terjemahannya dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung dengan judul Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan). Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mike Hernacki – mitra kerja DePorter yang mantan guru dan pengacara – tersebut memaparkan pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang membentuk bangun pembelajaran kuantum. Pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang termuat dalam buku Quantum Learning selanjutnya diterapkan, dipraktikkan, dan atau diimplementasikan dalam lingkungan bisnis dan kelas (sekolah). Penerapan, pemraktikkan, dan pengimplementasian pembelajaran kuantum di lingkungan sekolah (pengajaran) termuat dalam buku Quantum Teaching: Orchestrating Student Success yang terbit pertama kali tahun 1999 dan diterbitkan oleh Penerbit Allyn and Bacon, Boston. Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mark Reardon dan Sarah Singer-Nourie ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ary Nilandari dan diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung pada tahun 2000 dengan judul Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas.
1.2
Akar-akar Landasan Quantum Learning
Meskipun dinamakan pembelajaran kuantum, falsafah dan
metodologi pembelajaran kuantum tidaklah diturunkan atau ditransformasikan
secara langsung dari fisika kuantum yang sekarang sedang berkembang pesat.
Tidak pula ditransformasikan dari prinsip-prinsip dan pandangan-pandangan utama
fisika kuantum yang dikemukakan oleh Albert Einstein, seorang tokoh terdepan
fisika kuantum. Jika ditelaah atau dibandingkan secara cermat, istilah Quantum yang melekat pada istilah
pembelajaran (learning) ternyata
tampak berbeda dengan konsep kuantum dalam fisika kuantum. Walaupun demikian,
serba sedikit tampak juga kemiripannya. Kemiripannya terutama terlihat dalam
konsep kuantum. Dalam fisika kuantum, istilah kuantum memang diberi konsep
perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini adanya ketakteraturan dan
indeterminisme alam semesta. Sementara itu, dalam pandangan DePorter, istilah
kuantum bermakna “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya” dan
istilah pembelajaran kuantum bermakna “interaksi-teraksi yang mengubah energi
menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi”. Di samping itu, dalam
pembelajaran kuantum diyakini juga adanya keberagaman dan intedeterminisme.
Konsep dan keyakinan ini lebih merupakan analogi rumus Teori Relativitas
Einstein, bukan transformasi rumus Teori Relativitas Einstein. Hal ini makin
tampak bila disimak pernyataan DePorter bahwa “Rumus yang terkenal dalam fisika
kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energy atau E = mc2
. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah
meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan
energi cahaya”. Jelaslah di sini bahwa prinsip-prinsip pembelajaran kuantum
bukan penurunan, adaptasi, modifikasi atau transformasi prinsip-prinsip fisika
kuantum, melainkan hanya sebuah analogi prinsip relativitas Einstein, bahkan
analogi konsep saja. Jadi, akar landasan pembelajaran kuantum bukan fisika
kuantum. Pembelajaran kuantum sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dari
berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik
yang jauh sebelumnya sudah ada. Di samping itu, ditambah dengan pandangan-pandangan
pribadi dan temuan-temuan empiris yang diperoleh Deporter ketika mengembangkan
konsep awal pembelajaran kuantum.
Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan
belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode yang dicetuskan DePorter
sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan
strategi belajar yang lain, seperti: Teori otak kanan/kiri, Teori otak triune
(3 in 1), Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik), Teori
kecerdasan ganda, Pendidikan holistik (menyeluruh), Belajar berdasarkan
pengalaman, Belajar dengan simbol, Simulasi/permainan.
Penerapan dari Quantum Learning kemudian dituangkan dalam Quantum Teaching yang merupakan metodologi
yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitasi SuperCamp. Diciptakan
berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov),
Multiple Intelegences (Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Grinder dan
Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning
(Johnson dan Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter). Sementara
itu, pembelajaran akseleratif, pembelajaran eksperensial, dan pembelajaran
kooperatif sangat berpengaruh terhadap pandangan dasar pembelajaran kuantum
terhadap kiat-kiat merancang, menyajikan, mengelola, memudahkan, dan atau
mengorkestrasi proses pembelajaran yang efektif dan optimal termasuk kiat
memperlakukan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
1.3
Karakteristik Umum Quantum Learning
Meskipun memiliki akar landasan dari berbagai teori, Quantum
Learning memiliki karakteristik tersendiri yang dapat mengangkat identitas
dirinya, yaitu :
1.3.1
Pembelajaran
kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba
sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang
pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan
dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif; bukan teori fisika
kuantum. Dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum tidak berkaitan
erat dengan fisika kuantum – kecuali analogi beberapa konsep kuantum. Hal ini
membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.
1.3.2
Pembelajaran
kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”,
dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya.
Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar
diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Usaha setiap manusia
patut dihargai dan karena itu kesalahan yang dilakukan dalam proses
pembelajaran dipandang sebagai gejala manusiawi.
1.3.3
Pembelajaran
kuantum lebih bersifat konstruktivistis. Nuansa konstruktivisme dalam
pembelajaran kuantum relatif kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa
pembelajaran kuantum merupakan salah satu cerminan filsafat konstruktivisme
kognitif, bukan konstruktivisme sosial. Meskipun demikian, berbeda dengan
konstruktivisme kognitif lainnya yang kurang begitu mengedepankan atau
mengutamakan lingkungan, pembelajaran kuantum justru menekankan pentingnya
peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan
memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.
1.3.4
Pembelajaran
kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan
mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar dengan
lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
1.3.5
Pembelajaran
kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan
sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata
kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum. Karena itu, pembelajaran
kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi
interaksi yang bermutu dan bermakna.
1.3.6
Pembelajaran
kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf
keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai
lompatan kuantum. Pendeknya, menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran
harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan
dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan,
dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat, cara, dan teknik dapat
dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan,
lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya.
Jadi, segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus
dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung
pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.
1.3.7
Pembelajaran
kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan
keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran
menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan menyenangkan, sedang
keartifisialan dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan
membosankan. Karena itu, pembelajaran harus dirancang, disajikan, dikelola, dan
difasilitasi sedemikian rupa sehingga dapat diciptakan atau diwujudkan proses
pembelajaran yang alamiah dan wajar. Di sinilah para perancang dan pelaksana
pembelajaran harus bekerja secara proaktif dan suportif untuk menciptakan
kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.
1.3.8
Pembelajaran
kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan,
dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang
memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus
dilakukan oleh pengajar atau fasilitator. Dalam hubungan inilah perlu
dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar,
terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai. Pengalaman
yang asing bagi pembelajar tidak perlu dihadirkan karena hal ini hanya
membuahkan kehampaan proses pembelajaran. Untuk itu, dapat dilakukan upaya
membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu pihak dan pada pihak
lain mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Hal ini perlu
dilakukan secara seimbang.
1.3.9
Pembelajaran
kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks
pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis.
Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur,
keterampilan belajar-untuk-belajar, dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini
tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah orkestra yang memainkan
simfoni. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan kegagalan pembelajaran.
Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan
pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang
dimainkan dalam sebuah orchestra
1.3.10 Pembelajaran kuantum memusatkan
perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, dan
prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan
dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran; tidak bisa
hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang
berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal
pembelajar, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup
pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat
terwujud kombinasi harmonis antara keterampilan akademis, keterampilan hidup,
dan prestasi fisikal.
1.3.11 Pembelajaran kuantum menempatkan
nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan
keyakinan tertentu, proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar
harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses
pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai
dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan
membuahkan kegagalan proses pembelajaran.
1.3.12 Pembelajaran kuantum mengutamakan
keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan
kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Karena itu,
dalam pembelajaran kuantum berkembang ucapan: Selamat datang keberagaman dan
kebebasan, selamat tinggal keseragaman dan ketertiban!. Di sinilah perlunya
diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas
pembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode
pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajar
pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat dan metode
pembelajaran.
1.3.13 Pembelajaran kuantum
mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung
lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
1.4
Asas dan Prinsip-prinsip Utama dalam
Quantum Learning
Asas Utama dari Quantum Learning adalah : Bawalah Dunia mereka ke Dunia kita dan
antarkan Dunia kita ke Dunia mereka. Inilah asas utama atau alasan dasar
dibalik segala strategi, model, dan keyakinan. Asas ini selebihnya akan
dijelaskan dalam Quantum Teaching.
Prinsip-prinsip dalam Quantum Learning dianggap sebagai
struktur chord dasar dari simfoni
belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Segalanya berbicara(Everything
Speech)
Segala dari lingkungan kelas hingga
bahasa tubuh, kertas yang dibagikan hingga rancangan pembelajaran, semuanya
mengirim pesan tentang belajar.
2. Segalanya bertujuan(Everything is on
Purpose)
Semua yang terjadi dalam penggubahan
seseorang memiliki tujuan, semuanya tanpa terkecuali. Semua yang terjadi dalam
proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian
yang tidak bertujuan. Baik pembelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa
kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.
3. Sadarilah bahwa Pengalaman
Mendahului Penamaan.
Proses pembelajaran paling baik
terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh
nama untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia
berkembang pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan
menggerakkan rasa ingin tahu.
4. Akui Setiap Usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar
berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada siswa mengambil langkah ini,
mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5. Jika Layak dipelajari, Maka Layak
Pula Dirayakan
Perayaan adalah sarapan pelajar
juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan
asosiasi emosi positif dengan belajar.
Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa
pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain,
pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu,
keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi pembelajaran
kuantum. Ada beberapa prinsip keunggulan yang diyakini dalam Quantum Learning,
yaitu :
1. Terapkanlah hidup dalam Integritas
2. Akuilah kegagalan dapat membawa
kesuksesan
3. Berbicaralah dengan niat baik
4. Hidup saat ini
5. Tegaskanlah komitmen
6. Jadilah pemilik (Bertanggung jawab
atas tugas yang diberikan)
7. Tetaplah Lentur ( Pandai membaca
situasi)
8. Pertahankanlah keseimbangan
Beberapa pandangan Quantum Learning tentang Pebelajaran dan
Pembelajar :
1. Pembelajaran berlangsung secara
aktif karena pembelajar itu aktif dan kreatif. Bukti keaktifan dan kekreatifan
itu dapat ditemukan dalam peranan dan fungsi otak kanan dan otak kiri
pembelajar. Pembelajaran pasif mengingkari kenyataan bahwa pembelajar itu aktif
dan kreatif, mengingkari peranan dan fungsi otak kanan dan otak kiri.
2. Pembelajaran berlangsung efektif dan
optimal bila didasarkan pada karakteristik gaya belajar pembelajar sehingga
penting sekali pemahaman atas gaya belajar pembelajar. Setidak-tidaknya ada
tiga gaya belajar yang harus diperhitungkan dalam proses pembelajaran, yaitu
gaya auditoris, gaya visual, dan gaya kinestetis.
3. Pembelajaran berlangsung efektif dan
optimal bila tercipta atau terdapat suasana nyaman, menyenangkan, rileks,
sehat, dan menggairahkan sehingga kenyamanan, kesenangan, kerileksan, dan
kegairahan dalam pembelajaran perlu diciptakan dan dipelihara
4. Pembelajaran melibatkan lingkungan
fisikal-mental dan kemampuan pikiran atau potensi diri pembelajar secara
serempak.
5. Pembelajaran terutama pengajaran
membutuhkan keserasian konteks dan isi. Segala konteks pembelajaran perlu
dikembangkan secara serasi dengan isi pembelajaran.
6. Pembelajaran berlangsung optimal
bilamana ada keragaman dan kebebasan karena pada dasarnya pembelajar amat
beragam dan memerlukan kebebasan.
1.5
Quantum Teaching dan Implikasinya
Dalam Matematika
Quantun Learning dan Quantum Teaching adalah dua sejoli yang
tidak dapat dipisahkan. Quantum teaching didedikasikan untuk diterapkan dalam
ruang-ruang kelas yang bertumpu pada konsep Quantum Learning. Quantum Teaching
menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen
belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan
kelas. Dalam hal ini terjadi interaksi yang mendirikan kerangka dan landasan
untuk belajar.
Secara umum Quantum merupakan Interaksi yang mengubah energy
menjadi cahaya. Quantum Teaching, dengan demikian adalah pengubahan
bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar.
Interaksi-interaksi ini mencakup unsure-unsur untuk belajar efektif yang
mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan
bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan
orang lain. Didalam Quantum Teaching juga dikenal Pemercepatan Belajar, yaitu
menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara
sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan
pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian dan keterlibatan aktif.
Asas utama dari Quantum Teaching bersandar pada konsep : Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan
antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan bahwa pentingnya
memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak mengajar,
pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid.
Guru harus mampu menjembatani jurang antara dunia guru dan dunia murid. Hal ini
akan memudahkan seorang guru untuk membangun jalinan, menyelesaikan bahan
pelajaran lebih cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, dan memastikan
terjadinya pengalihan pengetahuan. Jika tidak demikian maka siswa pun tidak akan
memahami gurunya dan melihat AMBAK ( Apa Manfaatnya Bagiku?). Jadi, masuki
dahulu dunia siswa. Mengapa ? Karena tindakan ini akan memberi seorang guru
izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju
kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Bagaimana caranya ? Dengan
mengaitkan apa yang diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan
yang diperoleh dari kehidupan rumah, soaial, atletik, musik, seni, rekreasi
atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, guru dapat membawa siswa
kedalam pemahaman tentang materi yang akan dipelajari.
Misalnya dalam matematika, ketika seorang guru ingin
mengajarkan tentang lingkaran maka guru tersebut harus mampu menemukan apa
sebenarnya yang ada dalam pemahaman siswa tentang lingkaran. Mungkin bagi anak
SD, lingkaran yang terbayang dalam pikiran mereka adalah kue donat, burger, ataupun pizza. Jika demikian, guru harus mampu mengaitkan antara kue donat
dengan hal-hal sederhana yang ada dalam lingkaran. Jika siswa sudah mulai bisa
menerimanya, barulah guru membawa siswa untuk belajar memahami materi konsep
lingkaran yang telah dipersiapkan oleh guru tersebut.
Model Quantum Teaching
Model Quantum Teaching hampir sama
dengan sebuah simfoni. Dalam sebuah simfoni terdapat unsur-unsur musik yang
berbeda yang apabila disatukan akan menjadi sebuah pengalaman musik yang
harmonis. Quantum Teaching juga memiliki unsur-unsur yang terbagi dalam konteks
dan isi. Berikut adalah penjelasannya.
1. Konteks
Didalam unsur konteks, ada beberapa
hal esensial, yaitu :
1. Mengorkestrasi Suasana yang
menggairahkan
Untuk mencapai sebuah suasana yang menggairahkan seorang
guru perlu memperhatikan bahasa yang dipilihnya dalam dalam proses pembelajaran
di ruang kelas, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, pandangannya terhadap belajar dan
pembelajaran. Suasana yang penuh kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam
belajar. Seorang guru matematika harus mampu menciptakan suasana kelas yang
menggairahkan. Tak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan siswa sangat menghindari
matematika. Mengapa demikian ? karena memang kebanyakan guru matematika
mengajar dengan tegang dan tak jarang ada yang menakutkan siswa. Apalagi ketika
mengajarkan tentang integral. Siswa diperlakukan seperti kutu mati yang tak
dapat mengekspresikan dirinya. Untuk itu penting sekali guru matematika
menjalin rasa simpati dengan siswa. Dengan demikian suasana belajar akan
menggairahkan. Sejauh mana kita memasuki dunia siswa, sajauh itu pula pengaruh
yang kita miliki didalam kehidupan mereka.
2. Mengorkestrasi Landasan yang Kukuh
Landasan yang kukuh berbicara tentang kerangka kerja yang
solid. Kerangka kerja itu meliputi : tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan,
prosedur, dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk
bekerja dalam komunitas belajar. Misalnya dalam matematika ada satu materi
tentang Pertidaksamaan Linear. Dalam materi tersebut guru harus membuat
kesepakatan terlebih dahulu tentang aturan arsiran. Jika tandanya kurang
dari(<) maka arsirannya ke atas dan
jika lebih dari (>) maka arsirannya
kebawah. Hal-hal semacam ini perlu untuk disepakati bersama dalam ruang kelas
agar tidak terjadi kesalahpahaman konsep dalam diri siswa.
3. Mengorkestrasi Lingkungan yang Mendukung.
Lingkungan yang mendukung mencakup cara seorang guru menata
ruang kelas : pencahayaan, warna, pengaturan maja dan kursi, tanaman, musik dan
semua hal yang mendukung proses belajar. Sesekali dalam pembelajaran matematika
seorang guru dapat menghandirkan musik-musik slow yang bisa mendorong siswa untuk berpikir. Jika pembelajaran
matematika pada saat itu dalam bentuk permainan, dapat dihadirkan musik yang
sedikit cepat. Musik yang dipilih juga harus sesuai dengan materi yang
dipelajari pada saat itu.
4. Mengorkestrasi Perancangan
Pengajaran yang Dinamis
Perancangan pembelajaran memudahkan guru untuk dapat
menyeberang ke dunia siswa dan membawa siswa ke dunia guru, kedalam proses
pembelajaran. Rancangan pembelajaran yang dinamis membuat proses belajar tidak
monoton tetapi ada sesuatu yang berbeda dari waktu ke waktu. Tentunya hal ini
membutuhkan kekreatifan dari guru itu sendiri. Untuk masuk dalam dunia siswa
guru tentunya harus mengenal modalitas yang dimiliki oleh seorang siswa.
Modalitas tersebut mencakup Visual, Auditorial, dan Kinestetik. Kerangka perancangan Quantum teaching adalah
TANDUR, yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Selain itu pembelajaran juga dapat dilakukan dengan
SLIM-N-BIL, yaitu Spasias Visual, Linguistik Verbal, Interpersonal, Musikal-Ritmik,
Naturalis, Badan-Kinestetik, Intrapersonal,
Logis-Matematis. Penggunaan
Metafora, perumpamaan dan Sugesti juga dapat dimasukan dalam sebuah rancangan
pembelajaran.
No
|
Rancangan Pembelajaran Dalam
Quantum Learning
|
Aplikasinya Dalam
Matematika
|
1
|
TANDUR
|
Misalnya
pada materi pengukuran, berikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan apa
saja pengalaman mereka tentang pengukuran tanpa memberitahu terlebih dahulu
tentang pengukuran. Carilah sebuah kata kunci yang berhubungan dengan
pengukuran kemudian mintalah siswa sendiri yang menamainya. Setelah semua itu
dipahami, demonstasikan/paparkan konsep-konsep pengukuran berdasarkan
pengalaman mereka. Terus ulangi hingga siswa benar-benar mengerti. Jika siswa
telah benar-benar memahami rayakanlah hal itu.
|
2
|
SLIM-N-BIL
|
S
: Permainan menebak gambar ( Mis, Puzzle Segitiga)
L
: Permainan mencari kata ( dapat digunakan dalam Statistika, Misalnya untuk
membedakan populasi dan Sampel)
I
: Diskusi Kelompok
M
: Matematika dapat dihadirkan dalam bentuk lagu
N
: Kegiatan dialam (Misalnya dapat melihat lingkaran tahun pada pohon sebagai
pengantar untuk belajar tentang lingkaran.
B
: Tarian atau kegiatan atletik ( konsep kubus dapat disajikan dalam tarian
“Lompat Kotak” )
I
: Refleksi ( Misalnya persegi memiliki sisi yang sama panjang. Refleksikan
dalam diri siswa apakah seluruh sisi kehidupan mereka sudah seimbang, entah
itu kehidupan dengan sesama maupun dengan Sang Pencipta)
L
: Matematika dapat di hadirkan dalam bentuk teka-teki sehingga menolong siswa
untuk berpikir kritis dan logis
|
3
|
Metafora,
Perumpamaan dan Sugesti
|
Matematika
dapat disajikan dalam bentuk cerita lucu, cerita dramatis yang diperankan
oleh siswa sendiri. Soal matematika juga dapat disulap dalam bentuk sebuah
perumpamaan.
|
2.
Isi
Dalam unsur isi ada 4 hal pokok,
yaitu :
1. Mengorkestrasi Presentasi /
Penyajian yang prima
Seorang guru harus mampu mengorkestrasi pembelajaran sesuai
dengan modalitas ( Visual, Auditorial, Kinestetik ) dan gaya pelajarnya. Dalam mengajar
guru harus mengajarkan ketrampilan hidup ditengah-tengah ketrampilan akademis,
mencetak atribut mental/fisik/spiritual para siswanya. Guru harus mendahulukan
interaksi dalam lingkungan belajar, memperhatikan kualitas interaksi antar
pelajar, antar pelajar dan guru, antar pelajar dan kurikulum. Komunikasi
nonverbal pun harus diperhatikan, baik itu kontak mata, ekspresi wajah, nada
suara, gerak tubuh, maupun sosok(postur). Guru matematika sering dikenal
sebagai guru yang killer. Mengapa ?
karena guru matematika sering mengahdirkan suasana pembelajaran yang tegang.
Hal ini dapat menghanbat siswa dalam mempelajari matematika. Untuk itu seorang
guru matematika harus mampu menyeimbangkan setiap komunikasi verbal maunpun non
verbal agar siswa dapat menghidupi pelajaran itu.
2. Mengorkestrasi Fasilitasi yang Luwes
dan Elegan
Fasilitas dalam Quantum Teaching dipahami sebagai seni dan
ilmu untuk memaksimalkan saat belajar dengan bekerja bersama siswa. Dengan kata
lain, melompat masuk kedalam kepala dan hati mereka untuk membuka dan
menjelajahi cara mereka menyajikan dan memahami apa yang mereka pelajari.
Fasilitas adalah bagian yang membawa guru melampaui penyebaran informasi menuju
penciptaan ilmu pengetahuan dan pembentukan kehidupan. Didalam Fasilitas itu
terdapat sebuah strategi yang luwes untuk memudahkan siswa dalam belajar.
Didalam fasilitas itu juga ada interaksi yang hidup dalam lingkungan
pembelajaran sehingga tetap menjaga minat pembelajar. Bagaimana menjaga minat
pembelajar ? ada 3 prinsip yang dapat diperhatikan, yaitu KEG ( Know it : Ketahui hasilnya, Explain it : Jelaskan hasilnya, Get it
: Dapatkan hasilnya ). KEG dapat diberlakukan pada pembelajaran matematika
dalam bentuk permainan. Ketika seorang guru matematika meminta siswanya untuk
mengerjakan sebuah soal, guru tersebut sudah harus mengerjakannya terlebih
dahulu. Jelaskan kepada siswa beberapa petunjuk/aturan yang tidak boleh
dilanggar untuk mendapatkan hasil
tersebut. Jika siswa yang telah menemukan beritahukan kepada mereka tentang
hasilnya dan jangan lupa memberikan umpan balik.
3. Mengorkesrtasi Ketrampilan belajar
Dalam sebuah simfoni, ketrampilan musik yang yang banyak
akan semakin menambah pengalaman music yang menakjubkan pula. Begitu juga
dengan belajar. Semakin banyak ketrampilan belajar, semakin banyak pengalaman
belajar yang bisa didapatkan. Ketrampilan yang dapat merangsang belajar, yaitu
konsentrasi terfokus, cara mencatat, organisasi dan persiapan tes, membaca
cepat, dan teknik mengingat. Ketrampilan belajar ini dapat disimulasikan kedalam
beberapa aktivitas, yaitu SLANT , Mind Mapping (Peta pikiran), Circuit Learning
(belajar memutar). SLANT merupakan sebuah pandangan baru dalam belajar yang
merupakan singkatan dari Sit up
their chair ( duduk tegak di kursi mereka), Lean forward ( condong kedepan), Ask questions ( bertanya), Nod
their Heads (Menganggukan kepala), dan Talk
to their teacher (Berbicara dengan guru). Peta pikiran merupakan metode
mencatat kreatif yang memudahkan siswa mengingat banyak informasi. Matematika
dapat dihadirkan dalam bentuk Peta Pikiran, misalnya materi Aljabar, Statistika
ataupun materi-materi matematika lainnya. Semua itu dapat diatur sesuai
kekreatifan seorang guru.
4. Mengorkestrasi Ketrampilan Hidup
Seorang guru yang terampil membagikan ketrampilan hidupnya
dengan siswa akan membuat dia dan pelajaran yang dibawakannya dinanti-nantikan
siswa. Satu keteladanan yang diberikan oleh seorang guru lebih berharga
daripada seribu perkataan yang dikeluarkannya. Sebagai seorang guru, Pemberian
terbaik yang dapat diberikan kepada
siswa adalah keyakinan bahwa kita berpihak pada mereka, bahwa kita ingin mereka
sukses dan motivasi bahwa mereka pasti sukses dalam belajar. Mempersiapkan
siswa, segala usia untuk menjadi pelajar seumur hidup adalah tujuan terpuji.
Demi keberhasilan suatu proses belajar semua ketrampilan hidup patut
diusahakan.
3.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
:
1. Quantum Learning dibangun
berdasarkan teori-teori kognitif dan pendidikan, bukan diturunkan dari Teori
Kuantum Fisika. Meskipum ada istilah Quantum yang dipakai tetapi itu hanya
sebagai anologi.
2. Quantum Learning lebih mengarah pada
teori sedangkan Quantum Teaching sudah disajikan dalam bentuk aplikasi. Konsep-konsep
yang ada pada Quantum Learning kemudian diaplikasikan dalam Quantum Teaching.
3. Bawalah
dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka merupakan asas utama dari seluruh
model pembelajaran Quantum Teaching. Intinya bagaimana membuat pembelajaran
menjadi berkesan dan menyenangkan.
3.2
Saran
1.
guru
harus kreatif, pandai mengatur suasana, bersahabat dengan siswa agar tercapai
suatu proses belajar mengajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
2.
Jika
guru menginginkan perubahan terjadi dalam diri siswa maka guru harus mengalami
hal tersebut terelebih dahulu.
3.
Keyakinan
seseorang mengenai kemampuan dirinya sangat berpengaruh pada kemampuan itu
sendiri. Karena itu sebagai seorang guru, yakinlah dengan kemampuan anda
mengajar dan kemampuan siswa anda belajar, maka akan terjadi hal-hal yang
menakjubkan.
Referensi
De Porter, Bobbi dan Mike Hernachi. terjemahan Alwiyah
Abdurrahman. 2000. Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Brissenden.T.H.F. 1980. Mathematics
Teaching : Theory in Practice. London : WC2E 7PN
http://cs.upi.edu/v2/uploads/paper_skripsi_dik/EFEKTIVITAS%20PENGGUNAAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20QUANTUM%20LEARNING
( Tanggal 11 Juni 2011, Pukul 18.46)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar