“Matematika tidak bisa hanya dihapal”---“Belajar Matematika itu Menyenangkan”---“Matematika itu sulit karena hanya dilihat, tapi mudah setelah di coba”---“Soal-soalnya bikin ketagihan, broooo!!!”---“Math is Advanture”---“Math is about how to show life actually”

Sabtu, 07 Februari 2015

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Tito Nurdiyanto, Pendidikan Matematika UNSRI

Realistic Mathematics Education (RME), teori pembelajaran yang dikembangkan di Belanda, kini telah diadaptasi di Indonesia menjadi Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Menurut Zulkardi (2000), PMRI adalah pendekatan yang bertitik tolak dari hal-hal yang real (nyata) bagi siswa, serta menekankan keterampilan proses berdiskusi sehingga pada akhirnya hasil penemuannya tersebut dapat ia gunakan untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun masalah kelompok. PMRI menginginkan adanya perubahan dalam paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar menjadi paradigma belajar (Marpaung, 2004). Sehingga pembelajaran dipusatkan pada siswa dan guru hanya menjadi fasilitator.
Pembelajaran matematika masih terlihat belum menekankan pada pengembangan daya nalar, proses berfikir dan logika. Terlebih lagi rendahnya prestasi siswa Indonesia dalam tes tingkat internasiaonal, dan siswa menganggap matematika itu sukar serta kurang bermakna dalam kehidupan. Teacher center yang terjadi pun memasung keaktifan dan daya eksplorasi siswa dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi kurang balance. Berdasarkan kenyataan tersebut, paradigma dan proses pembelajaran matematika harus diubah. Pemasungan yang menjadi bumerang harus diinovasi, supaya matematika dapat menjadi jembatan untuk penyelesaian permasalahan dalam kehidupan. Inovasi pembelajaran itu mendasarkan pada penerapan PMRIdikembangkan dengan situasi dan kondisi serta konteks di Indonesia, seperti budaya, alam,sosial, dll.
PMRI menekankan untuk membawa matematika pada pengajaran bermakna dengan mengkaitkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik, yaitu suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa atau menggambarkan situasi dalam dunia nyata (Zulkarnain, 2002). Sehingga permasalahan realistik antara siswa-siswi SD, SMP, dan SMA pasti berbeda, sesuai level mereka.Pembelajaran PMRI menggunakan masalah kontekstual (the use of contexts), menggunakan model (use of models, bridging by vertical instruments), menggunakan kontribusi siswa (students contribution), interaktivitas (interactivity), terkait dengan topik lainnya (intertwining). Dengan adanya PMRI, diharapkan prestasi siswa di Indonesia meningkat dan paradigma buruk pun berubah. Keberhasilan implementasi PMRI tergantung pada kemampuan guru dan kerjasama pihak pendidikan untuk membuat suatu iklim sehinggasiswa mau mencoba berpikir dengan cara baru dalam menyelesaikan permasalahan nyata dalam matematika.

Daftar pustaka :
http://p4mri.net/new/?page_id=160 (Diakses : Minggu, 26 Januari 2014, 08.10 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar